A. Pengertian
Efek Rumah Kaca (ERK)
Secara
alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh permukaan
bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi. Sebagian dari panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke
angkasa luar sebagai radiasi infra merah gelombang panjang. Sebagian panas sinar
matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang
menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-dioksida/CO2
dan metana ) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK) karena peristiwanya sama
dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak
dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat
Celcius lebih dingin. Semua
kehidupan di Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya, planet
ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin
berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya pemanasan bumi akan berkelebihan
dan akan semakin berlanjut. Efek rumah
kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun1824, merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama pada planet atau
satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.
Efek rumah kaca hanya
terjadi pada planet-planet yang mempunyai lapisan atmosfer seperti Bumi, Mars,
Venus, dan satelit alami Saturnus (Titan).
B. Penyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca (ERK)
Efek rumah kaca disebabkan karena
naikknya konsentrasi gas Karbondioksida(CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer.
Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini terjadi akibat kenaikan pembakaran bahan bakar
minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organic lainnya yang melampaui
kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut
untuk mengabsorsinya.Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan
aktif untuk mengabsorpsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, hutan,
dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul, maka panas di bumi
akan semakin naik. Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk
radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar
inframerah tersebut tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga
terpantul kembali ke permukaan bumi. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2
dan gas-gas lain di atmosfir maka semakin banyak pula gelombang panas yang
dipantulkan bumi dan diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin banyak
jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfir ,maka semakin banyak pula panas
matahari uang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi
akan naik. Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi
gas rumah kaca.
Meningkatnya
gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:
·
Energi. Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil
atau BBM memberi kontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca,
terutama CO2.
·
Kehutanan.
Salah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah kaca. Karena
hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga pengrusakan hutan akan memberi
kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.
·
Peternakan
dan Pertanian. Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan
pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran
ternak,serta pembakaran sabana. Pada sektor pertanian, gas metan (CH4)
yang paling banyak dihasilkan.
·
Sampah. Sampah
sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya gas metan (CH4),
karena aktifitas manusia sehari-hari.
C. Pengaruh Efek Rumah Kaca
Terhadap Pertumbuhan dan Produktifitas Tanaman.
Iklim dan
cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman
pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini mendasarkan pada kebutuhan
akan tanaman setahun, kecuali beberapa tanaman seperti pisang, kelapa,
buah-buahan, anggur, kacang-kacangan, beberapa sayuran seperti asparagus,
rhubarb, dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut dikembangbiakan dalam kondisi
pertanaman tertentu.
Produktifitas
pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan drastis
cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata.
Tanaman dan ternak sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara
dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun lebih berpengaruh dibanding dengan
perubahan iklim yang diproyeksikan. Dan tak terdapat bukti bahwa perubahan
iklim akan mempengaruhi perubahan cuaca tahunan. Petani selalu berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran
perbedaan antar tahun telah melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi
iklim tahunan, dalam beberapa urutan besaran lebih tinggi dibanding dengan
besar prediksi perubahan pelan-pelan iklim yang diajukan para ahli ekologi. Hal
ini digambarkan pada Musim panas daerah pertanian Jagung Amerika serikat,
antara tahun 1988 (kering dan panas) dan 1992 (basah dan dingin). Suhu selama
Juli dan Agustus berbeda 80F dalam dua tahun dibeberapa negara bagian. Hal
paling kritis yang belum diketahui adalah pola frekuensi kemarau. Kemarau
terjadi dibeberapa tempat didunia setiap tahun. Kemarau tahunan juga lumrah
terjadi di area pertanian India, China, Rusia dan beberapa negara Afrika.
Variabel
menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah
bumi yang memanas. Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan
akan lebih rendah dibanding permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan
komputer. Berdasarkan permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas
sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2 meningkat dua kali. Secara keseluruhan iklim
akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad nanti, dan pemanasaan terbesar
terjadi dikutub, dan lebih rendah di khatulistiwa.
Kedua, kenaikan suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh
terhadap pola hujan. Untuk kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa
spesies lain perubahan dalam ketersediaan air memiliki akibat yang lebih besar
dibanding kenaikan suhu. Permodelan iklim secara regional telah di modelkan
dalam tingkat yang lebih kurang meyakinkan dibanding model untuk iklim global. Perubahan yang
diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang
tinggi akan menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi.
Ketiga,
pemanasan global mempengaruhi variabel yang berpengaruh terhadap produktifitas
pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi pertanian yang terkait zona suhu,
baik bagi pertambahan maupun intensitas masa tanam atau satuan tingkat
pertumbuhan. Perhatian petani akan tertuju pada perbedaan musiman dan antar
tahun pada curah hujan, salju, lama musim tanam, dan beda suhu dalam
hari-hari yang berpengaruh pada tahap pertumbuhan. Stabilitas dan keandalan
produksi adalah sama pentingnya dengan besaran jumlah produksi itu sendiri.
Keprihatinan
akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih besar lagi akan
diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi fotosintesis
dan berkurangnya kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil.
Selama 70 tahuan, perubahan cuaca, mencerminkan bahwa hasil tanam di USA,
Rusia, India, China, Argentina, Canada dan Australia, memungkinkan negara
dengan cuaca baik dapat menjaga keamanan pangan negara dari cuaca yang buruk.
Kekeringan secara menyeluruh di dunia hampir tak pernah terjadi saat ini.
Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat
mengantisipasi perubahan iklim, perubahan itu akan menambah masalah yang harus
ditangani dalam dasa warsa kedepan. Masalah lain adalah Kelangkaan air dan
kualitas air, tanah yang menjadi gersang, pengadaan energi dari bahan bakar
fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang ada. Beberapa praktek
yang membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan harus diubah
bersamaan dengan tingkat produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus
terus ditingkatkan. Prakiraan terjadinya perubahan iklim membuat penelitian
pertanian yang komprehensif menjadi sangat penting dalam menghadapi perubahan
itu secara efektif.
Penelitian
mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha peningkatan produktivitas
tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, yang kini tengah dilakukan
melalui rekayasa genetik, perlakuan kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan
memberi dua manfaat sekaligus, baik sebagai pelindung menghadapi perubahan
jangka pendek lingkungan, seperti kemarau dan juga membantu menghadapi
perubahan iklim dalam jangka panjang, dan untuk mengkatalisasi sumber daya
hayati bagi peningkatan produksi.
D. Pengaruh Biologis Langsung
1.
Pertumbuhan
Tanaman dalam rumah Kaca
Penelitian mengenai manfaat pengayaan CO2 dimulai
abad lalu. Awal 1888, manfaat pemupukan dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman
di dalam rumah kaca di Jerman, dan beberapa tahun kemudian di Inggris, serta 80
tahun yang lalu di USA. Hasil yang menguntungkan pertama kali dilaporkan
terjadi pada tanaman pangan seperti letuce, tomat, mentimun, dan kemudian bunga
dan tanaman hias.
Banyak catatan dan pernyataan yang disusun
mengenai pertumbuhan tanaman yang berada dalam lingkungan yang dikontrol dan
diberi pengayaan CO2. Wittwer dan Robb membuat catatan menyeluruh mengenai
data-data sebelumnya dan ditambah hasil penelitiannya sendiri bahwa tanaman
tomat mencapai usia dewasa dan hasil produksi yang menguntungkan dalam rumah
kaca yang diperkaya CO2. Sementara Strain dan Cure menyusun Bibliographi
literature mengenai pengayaan CO2 dan efeknya terhadap lingkungan dan tanaman
yang lengkap. Kimball dkk. pada tahun 1983, 1985 dan 1996 mengumpulkan 770
penelitian mengenai hasil tanaman dalam rumah kaca dengan pengayaan CO2, dan
terbukti hasil tanaman tersebut meningkat 32%.
Pada tahun 1982 diselenggarakan Konferensi
Internasional yang bertujuan mengidentifikasi makalah yang terkait dengan
pengaruh biologis langsung dari pengaruh peningkatan CO2 pada produktifitas
tanaman, sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dengan efisiensi photositensis,
efisiensi penggunaan air, Penyerapan Nitrogen biologis terkait dengan
sumberdaya iklim seperti cahaya, suhu dan kelembaban. Fokus makalah ini dibuat
dengan mengacu kepada tindak konferensi tersebut. Dokumentasi yang lebih
lengkap mengenai efek langsung CO2 terhadap produkstifitas tanaman diterbitkan
Departemen Energi USA pada Tahun 1985-1987 secara berseri, makalah Wittwer
tahun 1985 dan 1992. Itu semua dilengkapi oleh materi yang diedit oleh Enoch
dan Kimball pada 1968 mengenai Pengayaan Karbondioksida Pada Tanaman Rumah Kaca
meliputi status dan sumber CO2, physiologi, hasil daan ekonomi. Juga telah
dilakukan riset selama 35 tahun oleh sebuah grup dalam Komisi Tanaman
Terlindung pada International Society for Holticultural Science, yang
membuktikan bahwa pengayaan CO2 menambah hasil sebesar 12-13 %, dibanding pada
kadar atmosfir biasa sebesar 335 ppm.
Pengaruh paling mencolok dari pengayaan tersebut adalah
efisiensi fotosintesis dan penggunaan air yang lebih efisien.
2. Efisiensi Fotosintesis
Hanya sedikit keraguan bahwa kadar CO2 dalam
atmosfir adalah kurang optimal bagi fototosintesis ketika faktor lain yang
berpengaruh terhadap tanaman (cahaya, air, suhu dan unsur hara) mencukupi.
Fotosintesa Netto adalah jumlah fotosintesa brutto minus fotorespirasi, dan
fotorespirasi setidaknya memiliki besaran mengubah 50% karbohidrat hasil fotosintesa
kembali menjadi CO2, dengan peningkatan CO2 fotorespirasi diperkirakan akan
menurun. Peningkatan Biomassa terbukti terjadi ketika dilakukan pengayaan CO2.
Ini tak selalu muncul dari fotosintesa netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu
penggunaan air yang efisian dalam tanaman C4 seperti jagung. Peningkatan
efisiensi air ini merangsang pertumbuhan tanaman.
Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih besar. Ada perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding C4. Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas, percabangan, bibit dan jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio C:N bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi Jalar, Kedelai. Dengan meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang secara global, hasil pertanian diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara saat ini sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah dikenal telah dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan terkontrol secara penuh atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial (padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman hutan), yang membuktikannya.
Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih besar. Ada perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding C4. Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas, percabangan, bibit dan jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio C:N bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi Jalar, Kedelai. Dengan meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang secara global, hasil pertanian diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara saat ini sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah dikenal telah dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan terkontrol secara penuh atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial (padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman hutan), yang membuktikannya.
3. Efisiensi Penggunaan Air
Kebutuhan utama tanaman yang lainnya adalah air,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Air kini telah menjadi permasalahan
penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia (China,
India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur tengah, afrika
utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh terhadap produksi
tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi.
Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti oleh para petani diberbagai negara produsen
pangan. Kebutuhan akan air menjadi semakin penting dan kritis, di USA, 80–85 %
konsumsi air bersih adalah untuk pertanian. Sepertiga persediaan tanaman pangan
sekarang tumbuh padi 18% lahan beririgasi.
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.
Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan air.
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.
Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan air.
E. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi
Perubahan yang telah diperkirakan mengenai
penguapan dan suhu akibat efek rumah kaca dan pemanasan global sepertinya akan
menguntungkan lahan pertanian beririgasi. Di USA, luas areal pertanian
beririgasi akan meluas sampai dataran utara dan delta Missisipi, hal ini juga
berlaku untuk Cina, India dan negara lain. Dimana lingkungan lebih lembab dan
diperuntukkan untuk tanaman biji-bijian dan kacang-kacangan. Kecenderungan ini
telah terjadi di USA, China, dan India. Jagung dan Gandum kini bergeser
mendekati daerah yang dingin dan lebih lembab. Produksi Sorgum dan padi-padian
akan menggeser posisi areal gandum dan jagung tersebut. Diharapkan juga, dimasa
mendatang model dari atmosfir dan iklim akan lebih berkembang dan melengakapi
dari apa yang sekarang telah dikembangkan, sehingga sensitivitas tanaman
terhadap perubahan iklim lebih dapat diketahui.
F. Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman
1. Kemampuan Adaptasi terhadap
Sumberdaya Iklim di Bumi
Banyak tanaman
pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi, ubikayu,
ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung
mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian
dibumi ini. Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam
lima puluh tahun ini. Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik
sampai lintang 450 LU dan 400 LS. Gandum musim dingin yang lebih produktif dari
gandum musim semi areal tanamnya telah meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah
dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita miliki perluasan areal tanam akan
semakin mungkin dan cepat terealisasi. Diperkirakan penggandaan kadar CO2 akan
meningkatkan produktivitas tanaman di Amerika Utara, hal serupa juga terjadi di
Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China. Tanaman hortikultura dapat
berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA. Tanaman seperti Tebu
dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan dimanfaatkannya mulsa dan pelindung
plastik. Pemanasan global akan lebih menguntungkan dibanding dengan kembalinya
era es sebagaimana diprediksi beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana
produksi tanaman pangan terpusat di Lintang 300 LU sampai 500 LS.
Perubahan iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini dipublikasikan adalah hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin menguntungkan, karena memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya, nanas dan pisang , dinegara bagian selatan USA.
Perubahan iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini dipublikasikan adalah hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin menguntungkan, karena memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya, nanas dan pisang , dinegara bagian selatan USA.
G. Prakiraan Regional
1. Pola Iklim dan Respons Tanaman
Sejak 1850, kadar CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar
25 % akibat pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan tak ada yang
menentangnya. Kadar gas rumah kaca selain CO2 juga telah meningkat melebih
prosentase CO2 dan dengan efek pemanas yang setara CO2. Namun terdapat kontrovesi
mengenai kapan pemanasan global pertama kali muncul, juga terdapat kontroversi
mengenai besaran perubahan suhu yang terjadi, jika terjadi pada masa yang akan
datang. Perkiraan yang ada berkisar antara minus 1,50C sampai 60C. Prakiraan
iklim dan cuaca regional dengan sebaran variabel seperti awan, kelembaban, dan
angin lebih tidak pasti lagi.
Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif
terhadap tumbuhan, sebagaimana dibahas diatas, namun bila terjadi kekeringan
sebagaimana ramalan hasil permodelan iklim yang sekarang, hasil pertanian tak
dapat dipastikan. Namun secara garis besar dampak yang terjadi masih dapat kita
kendalikan. Tindakan dari petani, ilmuwan dan kebijkan pemerintah lebih
diperlukan dibandingkan dengan perubahan pola hidup kita.
Prakiraan pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak
spekulasi, dan beberapa riset telah dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap
hubungan hama dan tanaman dan strategi perlindungan tanaman. Gulma, Serangga,
nematoda dan wabah berdampak sangat merugikan bagi pertanian. Perubahan
Iklim yang mungkin akan berdampak pada hubungan tumbuhan – hasil panen – hama,
dan ekosistem lain. Peningkatan kandungan karbohidrat dan akumulasi nitrogen
akan berpengaruh terhadap pola makan serangga, ini telah ditunjukan dalam
beberapa eksperimen. Pengendalian hama memasuki era baru, dengan
pengintegrasian penanganan hama.
Referensi :
Munawar, M. Tanpa Tahun. PENGARUH EFEK RUMAH KACA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS
TANAMAN http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm
(diakses pada 2 Januari 2018)
Wijayanti, L. K. 2013. CONTOH KARYA ILMIAH “EFEK RUMAH KACA” HTTPS://JADIKECIL.WORDPRESS.COM/ABOUT/KARYA-ILMIAH-BAHASA-INDONESIA-TENTANG-GLOBAL-WARMING/ (diakses pada 2 Januari 2018)
kurang foto nih, akan lebih menarik jika dengan foto wkwk
BalasHapusSiap terimakasih kakak atas sarannya
BalasHapus